edisiana.com – Jonathan Rowe menjadi pahlawan bagi timnas Inggris U-21 setelah mencetak gol penentu kemenangan di final Piala Eropa U-21 melawan Jerman, Minggu dini hari. Namun, di balik sorotan sebagai bintang muda, perjalanan karier Rowe dipenuhi tantangan dan kisah menyentuh.
Perjalanan Rowe di dunia sepak bola dimulai pada 2014 saat ia bergabung dengan akademi Norwich City. Namun, proses itu tidak berjalan mulus. Saat masih berusia 11 tahun, Rowe harus menempuh perjalanan tiga jam setiap hari dari London ke East Anglia.
Menukil BBC, di waktu yang sama, ia juga merawat ibunya yang sakit dan membantu membesarkan adik perempuannya.
Cobaan tak berhenti di situ. Ia sempat mengalami cedera selama masa pertumbuhannya, termasuk menderita penyakit Osgood-Schlatter, gangguan umum yang menyebabkan nyeri di area lutut.
Meski begitu, semangatnya tak padam. Ia akhirnya melakoni debut tim utama untuk Norwich City pada 2021.
Meski sempat kesulitan menembus skuad inti, Rowe mulai menunjukkan kualitasnya pada musim 2023–24 dengan mencetak 13 gol dan membantu Norwich mencapai semifinal play-off Championship. Penampilan impresif itu menarik perhatian sejumlah klub besar Eropa.
Setelah beberapa tawaran sempat ditolak, Rowe akhirnya menerima pinangan Marseille. Klub Ligue 1 itu merekrutnya dengan status pinjaman selama semusim, disertai kewajiban membeli permanen dengan nilai transfer yang dilaporkan mencapai £17 juta.
Namun, kepergiannya meninggalkan rasa pahit di Norwich. Manajer Canaries, Johannes Hoff Thorup, menyayangkan sikap Rowe yang menolak bermain dalam laga pembuka melawan Oxford United—kekalahan 0-2—karena tengah didekati oleh Marseille.
Kini, meski berada di puncak sorotan usai membawa Inggris U-21 juara, kisah Rowe adalah pengingat bahwa jalan menuju kesuksesan kerap kali dibangun di atas pengorbanan dan perjuangan yang tidak terlihat.(maq/bersambung)