Kado Terindah PSG di Ulang Tahun ke-55

147

edisiana.com – Trofi Liga Champions yang telah didambakan selama belasan tahun akhirnya menjadi anugerah terbesar bagi Paris Saint-Germain di ulang tahun ke-55 mereka, yang jatuh pada 17 Juni ini. Kemenangan tersebut bukan sekadar pencapaian, melainkan klimaks dari perjalanan panjang yang penuh lika-liku sejak klub ini didirikan.

Paris Saint-Germain lahir dari ambisi sekelompok pengusaha yang ingin membentuk klub besar di ibu kota Prancis. Pada tahun 1969, Guy Crescent dan Pierre-Étienne Guyot menggagas ide menggabungkan tim virtual sebagai fondasi klub. Dukungan publik pun luar biasa—sebanyak 20.000 orang menyokong proyek ini secara finansial. Maka pada 17 Juni 1970, PSG resmi dibentuk, menjadikan mereka klub pertama dalam sejarah sepak bola Prancis yang didirikan dengan kontribusi langsung dari para penggemar.

BACA JUGA:  Presiden LaLiga: Barcelona Bisa Seperti Ajax, Menjual Bintang Hebatnya

Penggabungan antara Paris FC dan Stade Saint-Germain menghasilkan fondasi kokoh: Paris FC menyumbang dana, sementara Stade Saint-Germain membawa fasilitas olahraga serta status di Divisi 2. Tiga tahun berselang, PSG menembus Divisi 1 dan meraih gelar liga perdana mereka pada musim 1985–86 di bawah manajer Gérard Houllier.

Namun kejayaan tak selalu langgeng. Di awal 2000-an, PSG terpuruk akibat salah urus manajemen. Tahun 2003, klub mencatat defisit besar €65 juta, dan bahkan nyaris terdegradasi dalam musim 2006–07 serta 2007–08.

BACA JUGA:  Yamal Identik Sama Ikonik Barça, Messi

Segalanya berubah pada tahun 2011 saat Qatar Sports Investments (QSI) mengakuisisi klub. PSG menjelma menjadi salah satu klub terkaya di dunia. Di bawah kepemimpinan presiden Nasser Al-Khelaifi, PSG dibentuk ulang untuk satu misi: menjuarai Liga Champions dan menjadikan klub ini ikon global sepak bola Prancis.

Nama-nama besar seperti Neymar, Kylian Mbappé, dan Lionel Messi diboyong ke Paris. Bahkan pelatih-pelatih papan atas seperti Mauricio Pochettino pun didatangkan.

Namun, meski sempat mencapai final, trofi Liga Champions tetap menjauh. PSG pun mendapat sindiran sebagai “Raja Liga Petani”, karena mendominasi liga domestik tapi selalu gagal di Eropa.

BACA JUGA:  Prediksi Everton Vs Manchester City: 0-3

Hingga akhirnya, musim lalu menjadi titik balik. Di bawah asuhan pelatih Luis Enrique, PSG seolah menyingkirkan kutukan panjang. Tim yang dulu kerap gagal di saat genting, kini menunjukkan ketangguhan dan kedewasaan. Dan akhirnya, PSG resmi memecahkan sejarah—mengangkat Si Kuping Besar dan menjadi Raja Baru Eropa.

Sebuah pencapaian yang bukan hanya menghapus dahaga panjang, tapi juga menjadi hadiah ulang tahun paling bersejarah bagi klub yang lahir dari mimpi dan semangat warga Paris 55 tahun silam.***