Riau, edisiana.com – Provinsi Riau memiliki potensi wisata alam dan sejarah yang belum digarap secara maksimal.
Seperti di Desa Rantau Langsa, Indragiri Hulu (Inhu). Yang memiliki keunikan tersendiri. Dihuni oleh suku Talang Mamak (suku asli) yang masih hidup secara tradisional.
“Keberadaan suku ini tergolong proto melayu atau melayu tua. Berada di hutan penyangga, kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT). Jaraknya hanya 80 kilometer dari pusat Kota Rengat, Inhu,” kata Roni Rahkmat, Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) provinsi Riau seperti dilansir mediacenter.riau.go.id baru-baru ini.
Desa Rantau Langsa bisa ditempuh melalui jalan darat. Dari Kota Pekanbaru maupun dari Kota Jambi. Asyiknya akses jalan menuju desa wisata ini sudah memadai. Sehingga mudah untuk wisatawan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat.
Setiba di sana, kendaraan bisa diparkir di area parkir yang tak jauh dari pelabuhan sungai. Di sekitar lokasi ini telah disediakan fasilitas camping ground. Keindahan alam nan asri menjadi suguhan yang eksotis bagi pelancong yang berkunjung ke destinasi ini.
Desa wisata ini sedikitnya memiliki lima Tembulun atau dalam bahasa setempat disebut air terjun.
Di Tembulun Pampunawan di Dusun Lemang, memiliki empat tingkat air terjun. Di lokasi ini, hijaunya rimbunan pohon menjadikan kanopi tirai langit-langit yang bisa memanjakan mata memandang.
Selain itu, ada juga Tembulun Membayang yang memiliki tujuh tingkat air terjun. Kemudian, ada juga Tembulun Siamang di dusun Siamang.
Lalu air terjun atau Tembulun Bengayoan di Dusun Bengayawan. Di objek wisata ini terdapat air terjun dua tingkat.
Jika pagi hari, hembusan kabut datang menyelimuti. Asapnya bertiup ke arah permukaan air membuat lumut yang tumbuh di atas bebatuan basah.
Lalu, juga ada Air terjun Sultan Lembayang di Dusun Datai. Penamaan Sultan Lembayang diambil dari cerita sejarah pada zaman kerajaan dahulu yang menjadi salah satu sosok sultan kebanggaan masyarakat Datai. (bersambung /maq)