Pengunjungnya dari Artis Hingga Presiden
edisiana.com – Sore itu, Kamis, 31 Juli 2025, panas khas Jogja masih terasa menyengat meski jarum jam sudah bergeser ke pukul tiga. Lalu lintas Jalan Kaliurang, Sleman, tampak padat seperti biasa. Namun hanya sekitar 200 meter dari jalan utama, suasana tiba-tiba berubah: lebih tenang, lebih sejuk, dan lebih bersahaja.
Di ujung jalan kecil itu, sebuah spanduk kuning menyambut pengunjung dengan tulisan sederhana: Kopi Klotok. Tak ada papan nama mewah atau bangunan mencolok, tapi dari jumlah motor dan mobil yang terparkir—bahkan sampai meluber ke halaman tetangga—terlihat jelas bahwa tempat ini bukan warung biasa.
Warung yang Merangkul Semua Kalangan
Kopi Klotok sudah lama jadi perbincangan. Namanya bukan hanya populer di kalangan warga Jogja, tapi juga jadi destinasi wajib bagi wisatawan dari luar kota. Dari rakyat biasa hingga artis ibu kota, dari selebgram hingga pejabat negara, semua pernah mencicipi hidangan khas ndeso di warung ini.
Di dalam rumah kayu yang menjadi pusat warung, puluhan orang duduk bersila atau menyantap makanan di meja-meja panjang. Tak ada musik keras atau dekorasi ala kafe kekinian. Yang ada hanya aroma lodeh, gorengan, dan suasana kampung yang terasa akrab meski di tengah keramaian.
Antrean mulai mengular ke dapur tempat makanan disajikan secara prasmanan. Pengunjung bebas memilih sendiri, dari sayur lodeh, telur dadar crispy, tempe garit, hingga sambal yang menggugah selera.
Di sisi lain, dua juru masak tampak sibuk menggoreng pisang dalam kuali besar. “Satu porsi dua potong,” kata sang koki sambil terus membolak-balik gorengan yang berwarna keemasan.
Jejak Tangan Para Tokoh
Namun yang membuat tempat ini semakin istimewa adalah dinding-dindingnya yang penuh tulisan tangan. Bukan graffiti sembarangan, melainkan kesan dari orang-orang penting negeri ini.
Salah satunya mantan Presiden Joko Widodo, yang menulis dengan gaya khasnya: “Enak sekali, lodehnya, telur krispinya, tempe garitnya.”
Di sampingnya, ada coretan tangan Agus Harimurti Yudhoyono yang menuliskan:
“Makanannya enak, kopinya lezat, suasananya khas dan menyenangkan! Sukses selalu!”
Di dinding musala, tertempel pula kesan dari Presiden Timor Leste, Ramos Horta, yang baru saja mampir sehari sebelumnya. Sementara dari dunia hiburan, nama-nama seperti Anang Hermansyah dan Ashanty turut meramaikan daftar tokoh yang pernah duduk menikmati sepiring nasi di warung ini.
Melekat Karena Rasa dan Suasana
Menurut Faza, warga Jogja yang mengaku rutin berkunjung ke Kopi Klotok, warung ini pertama kali buka pada tahun 2015. Namun pamornya benar-benar meledak dalam lima tahun terakhir, terutama berkat media sosial dan testimoni para tokoh terkenal.
Faza sendiri punya menu favorit. “Saya paling suka pisang gorengnya. Rasanya manis alami, dan teksturnya lembut,” ujarnya.
Tapi, ada satu aturan tak tertulis yang ia dan pengunjung lain pahami: makanan di Kopi Klotok hanya untuk dinikmati di tempat. “Gak bisa dibungkus, memang harus duduk dan merasakan suasananya,” tambahnya sambil tersenyum.
Dan mungkin itulah kunci keistimewaan Kopi Klotok. Ia tak menjual kemewahan, tapi menghadirkan kehangatan. Suatu bentuk nostalgia yang dibungkus dalam sepiring lodeh, sepotong pisang goreng, dan secangkir kopi hitam panas. Sederhana, tapi membekas.(A Rabas)