Bola, edisiana.com – Darren Ambrose mengatakan Leicester City harus cepat melakukan lobi dengan mantan bos Paris Saint-Germain Mauricio Pochettino. Pasalnya, Pochettino juga didekati Nice, klub Liga Prancis.
Manajer Foxes Brendan Rodgers saat ini berada di bawah tekanan berat. Timnya tanpa kemenangan dan terbawah dari tujuh pertandingan Liga Premier hingga 2022/23.
Banyak penggemar dan pakar percaya sudah saatnya untuk perubahan di King Power. Terutama di sisi pelatih. Thomas Frank yang digadang-gadangkan sebagai calon pengganti Rodgers telah pindah ke Chelsea.
Dan pilihan lain adalah Pochettino saat ini sedang menganggur dan telah dikaitkan dengan pekerjaan OGC Nice minggu ini.
Sementara Nice memiliki sepak bola Eropa musim ini, prospek Pochettino yang terbuka untuk mengambil pekerjaan itu. Tapi Leicester, yang mungkin merupakan klub yang lebih menarik untuk dikelola karena bermain di Liga Premier.
Namun, gagasan mantan bos Tottenham beralih dari bekerja untuk PSG dan dikaitkan dengan Manchester United dan Chelsea untuk mengelola Leicester, yang mendekam di bagian bawah Liga Premier adalah hal yang menarik.
Mantan pemain Newcastle itu menilai bila Pochettino melatih Leicester sebagai langkah mundur. Sebab Pochettino baru saja membawa Parisiens juara Ligue1.
“Saya tidak berpikir Leicester terlalu kecil untuk Pochettino. Oke, dia pergi dari Southampton ke Spurs ke PSG; akankah Leicester terlihat seperti langkah mundur?,” kata Ambrose kepada talkSPORT.
“Tapi dia tidak melakukan apa-apa saat ini dan semntara Chelsea menunjuk Graham Potter. Manchester United sudah punya Ten Hag, dan mereka tidak memilih Pochettino. Kenapa tidak ke Leicester?” imbuhnya.
Ambrose melanjutkan uang akan menjadi masalah, bagi Leicester. Lantaran akan membutuhkan biaya besar untuk memecat Brendan Rodgers dan kemudian biaya untuk mendapatkan Mauricio Pochettino.
“Jadi itulah tanda tanya dan mengapa mereka belum menyingkirkan Brendan Rodgers, karena saya percaya lebih kurang £10 juta The Foxes menghabiskan biaya untuk menyingkirkannya,” jelasnya.
Menurut Ambrose, selain itu, pertimbangan Leicester karena tim yang mereka miliki saat ini adalah tim yang bagus.
“Tapi mereka kebobolan terlalu banyak gol. Kebobolan 22 gol adalah yang terbanyak dalam sejarah Premier League setelah tujuh pertandingan. Itu semata-mata karena kepercayaan diri,” tuturnya.(maq)