edisiana.com – Doue pertama kali menarik perhatian saat Prancis menjuarai Kejuaraan Eropa U-17 di Israel tahun 2022. Dia menjadi pemain cadangan pada final Olimpiade di Paris dua tahun kemudian.
Masuk lapangan pada menit ke-77 saat Prancis kalah 5-3 dari Spanyol setelah perpanjangan waktu.
Olimpiade boleh dibilang menjadi salah satu penyebab lambatnya ia mengawali karier di PSG, karena tidak menjalani pramusim yang baik.
Namun, ia diuntungkan oleh manajemen cermat Luis Enrique. Bekerja secara individual dengan Doue, menyemangatinya melewati awal karier yang buruk.
Dia hanya tampil lima kali sebagai starter di Liga Champions musim ini, dengan tujuh kali tampil sebagai pemain pengganti, mencetak tiga gol dan dua assist.
Di Anfield lah ia menorehkan prestasi, masuk pada menit ke-67. Memperlihatkan penampilan yang sangat matang, dan menutupnya dengan dipercaya mengambil tendangan penalti yang membawa PSG lolos.
Doue telah dijauhkan dari pusat perhatian oleh PSG. Tapi pengaruh keluarganya yang menenangkan dan membumi merupakan faktor yang sangat besar.
“Sang ayah, Maho, sangat berpengaruh dalam segala hal yang mereka lakukan. Beberapa keluarga menganggap putra mereka adalah Cristiano Ronaldo berikutnya,” ucap Julián Laurens, pengamat bola Prancis dinukil dari BBC.
Doue juga harus menyesuaikan diri dengan kehidupan di Paris, jauh dari Rennes yang lebih tenang.
Dia tinggal di daerah Boulogne-Billancourt yang modis dan Pierre-Etienne Minonzio, yang berkantor pusat di Paris.
Pemain muda itu, mulai menjalani kehidupan kota Paris dengan pergi ke sebuah toko buku megah. Dan jadi sorotan para penggemar bintang PSG tersebut.
“Itu benar-benar normal karena dia masih sangat muda, tetapi mungkin dia tidak mengerti bahwa akan sulit baginya berada di tempat ramai di Paris,” ujar Lauren.
Tapi, ia melanjutkan, dia tampil seadanya dan layaknya bukan seorang bintang bola yang lain.(maq/habis)