edisiana.com – Suhu panas di kejuaraan Copa America telah menelan korban. Asisten wasit bahkan sempat jatuh pingsan dan pemain Uruguay keluar lapangan karena terhidrasi.
Menurut perkiraan Accuweather.com, suhu malam hari mencapai 79 derajat. Namun dengan kelembapan 73 persen. Tapi terasa seperti 85 derajat.
“Ini akan menjadi brutal karena tingginya kelembapan,” kata Casa, yang juga merupakan Profesor Terhormat Dewan Pengawas di Departemen Kinesiologi di Universitas Connecticut.
Dari kedua komponen tersebut, kelembapan merupakan bagian yang paling berbahaya. Casa mengatakan, saat kelembapan tinggi, tubuh atlet tidak bisa mendinginkan secara efektif karena saat berkeringat, keringatnya tidak menguap.
Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, atau bentuk penyakit panas yang lebih parah seperti kelelahan akibat panas atau serangan panas.
Sementara itu selama pertandingan Copa America berjalan sudah ada sejumlah korban. Seperti asisten wasit Humberto Panjoj menghentikan babak pertama di Copa America antara Kanada dan Peru sebelum dia pingsan.
Lalu bek Uruguay Ronald Araújo yang mengatakan dia meninggalkan lapangan di laga pembuka, saat La Celeste melawan Panama di babak pertama. Dia merasa pusing karena dikabarkan menderita dehidrasi.
Masalah panas ini sudah diketahui CONMEBOL sebelum turnamen berlangsung. Dan juga sudah dibahas di pertemuan di Paraguay yang terdiri dari para dokter tim Copa America dan koordinator medis venue.
Hasilnya, setengah dari pertandingan diadakan di venue dalam ruangan. sementara 24 dari 32 pertandingan turnamen dimulai pada malam hari pada pukul 6 sore atau lebih.
Namun, sejauh ini hal itu tidak juga menguntungkan pemain. Pertandingan Araujo dengan Uruguay di Stadion Hard Rock di Florida Selatan dimulai pukul 9 malam.
Tempat tersebut kebetulan merupakan tempat diadakannya final, dan kedua semifinal akan diadakan di tempat luar ruangan, Stadion MetLife di New Jersey dan Stadion Bank of America di Charlotte.(maq)
