edisiana.com – Liga Inggris boleh diacungi jempol. Liga elit Eropa ini memberi kebijakan jeda buka puasa bagi pemain Muslim selama Ramadan.
Klub terlebih dulu memberitahu sebelum pertandingan, dan wasit akan memberi isyarat untuk istirahat, memperbolehkan pemain Muslim untuk makan dan minum di pinggir lapangan.
Seperti laga Everton menjamu Tottenham Hotspur dihentikan pada menit ke-26. Pemain yang berpuasa dipersilahkan untuk berbuka dan mengonsumsi suplemen energi.
Trio Toffees Abdoulaye Doucoure, Amadou Onana dan Idrissa Gueye – datang ke sisi lapangan untuk mengambil pada cairan.
Permainan tetap berjalan. Dan saat pertandingan lagi nyaman selama tendangan gawang, tendangan bebas, atau lemparan ke dalam.
Kebijakan itu sangat berbeda di Liga Prancis. Federasi sepak bola Prancis (FFF) melarang wasit menghentikan pertandingan untuk mengizinkan pemain Muslim berbuka puasa selama Ramadan.
“Sepak bola tidak mempertimbangan politik, agama, ideologis, atau serikat para aktornya,” kata FFF seperti dilansir BBC pada hari ini.
Bek Nantes Jaouen Hadjam absen saat timnya kalah 3-0 di Ligue 1 dari Reims pada hari Minggu karena dia tidak ingin berbuka puasa Ramadan.
Nantes memiliki enam pemain Muslim yang menjalankan puasa Ramadan. Namun pemain Aljazair berusia 20 tahun Hadjam adalah satu-satunya yang berpuasa pada hari pertandingan.
“Itu pilihannya, saya menghormatinya,” kata pelatih Antoine Kombouare.
“Tetapi pada hari pertandingan, Anda tidak harus berpuasa. Ini sangat intens, Anda harus siap. Mereka yang berpuasa tidak termasuk dalam grup – saya tidak ingin mereka melukai diri sendiri,” tambahnya menjelaskan.
“Dalam seminggu, tidak ada kekhawatiran bagi mereka yang berpuasa. Saya siap mendukung mereka,” sambungnya lagi.(maq)